LHOKSEUMAWE | baitulmal.lhokseumawekota.go.id, 08 Desember 2025 — Baitul Mal Kota Lhokseumawe terus memperkuat peran zakat, infak, sedekah, dan wakaf (ZISWAF) sebagai instrumen strategis pembangunan umat dan penggerak pertumbuhan ekonomi daerah. Hal ini disampaikan Ketua Baitul Mal Kota Lhokseumawe, Dr. Damanhur, Lc., MA, dalam kegiatan Sosialisasi Optimalisasi ZISWAF yang digelar pada Rabu (18/12).
Dalam pemaparannya, Dr. Damanhur menegaskan bahwa ZISWAF tidak hanya bernilai ibadah individual, tetapi merupakan ibadah sosial yang memiliki dampak langsung terhadap penguatan ekonomi umat, pengentasan kemiskinan, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat.
“Zakat dalam Islam selalu berdampingan dengan shalat. Ini menunjukkan bahwa dimensi spiritual dan sosial tidak dapat dipisahkan. Zakat adalah mekanisme distribusi kekayaan agar tidak berputar pada kelompok tertentu saja,” ujarnya.
ZISWAF sebagai Sumber Pendapatan Umat
Ia menjelaskan bahwa sumber pendapatan dalam Islam sangat beragam, di antaranya zakat, sedekah, wakaf, nazar, hibah, kafarah, fai, dan hadiah. Dalam konteks pengelolaan modern, zakat telah mengalami perkembangan signifikan, baik secara regulasi maupun kelembagaan, termasuk penguatan peran BAZNAS dan Baitul Mal di Indonesia.
Dr. Damanhur juga memaparkan perkembangan pengelolaan zakat di berbagai negara Muslim serta sejarah pengelolaan zakat di Indonesia, mulai dari masa awal Islam hingga rezim Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011.
Dampak Zakat terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Lebih lanjut, ia menguraikan bahwa pelaksanaan zakat berkontribusi pada peningkatan konsumsi agregat, mendorong investasi, serta meningkatkan pendapatan nasional secara keseluruhan. Melalui pendekatan produktif, zakat dan infak mampu menciptakan kemandirian ekonomi mustahik.
Alokasi Dana Zakat dan Infak 2025
Pada tahun 2025, Baitul Mal Kota Lhokseumawe mengelola total dana sebesar Rp 5,75 miliar, yang terdiri dari zakat dan infak, dengan estimasi 1.105 calon mustahik sebagai penerima manfaat.
Untuk dana infak, anggaran sebesar Rp 1,35 miliar dialokasikan dengan komposisi:
88,89% untuk Program Kesejahteraan Umat
11,11% untuk amil infak
1,69% untuk kebutuhan operasional
Adapun penyaluran infak difokuskan pada:
Santunan Anak Yatim sebesar Rp 500 juta
Ekonomi Produktif sebesar Rp 400 juta
Kesehatan Masyarakat sebesar Rp 200 juta
Tanggap Bencana sebesar Rp 100 juta
Sementara itu, alokasi zakat tahun 2025 sebesar Rp 4,4 miliar difokuskan pada pengentasan kemiskinan, dengan porsi terbesar bagi fakir dan miskin, serta sebagian untuk amil dan kelompok asnaf lainnya sesuai ketentuan syariah.
Program Unggulan dan Rencana Ke Depan
Baitul Mal Lhokseumawe juga menjalankan sejumlah program unggulan, antara lain:
Investasi Generasi untuk pendidikan santri dan mahasiswa senilai Rp 192 juta
Program Peternakan Sapi bekerja sama dengan Islamic Relief
Program Rumah Tahan Gempa bagi masyarakat kurang mampu
Program Mendampingi Rasulullah Yatim Asuh, yang menyasar 680 anak yatim usia 1–12 tahun dengan total anggaran Rp 612 juta
Di akhir pemaparannya, Dr. Damanhur mengajak seluruh lapisan masyarakat, khususnya para muzakki dan dunia usaha, untuk meningkatkan kesadaran berzakat dan bersedekah sebagai bentuk tanggung jawab sosial dan investasi akhirat.
“Yang dikhawatirkan Rasulullah bukanlah kemiskinan, tetapi kekayaan yang melalaikan. Karena itu, mari hidupkan kembali semangat berbagi demi Lhokseumawe yang lebih sejahtera dan berkeadilan,” pungkasnya.
